Hukum
I Kepler menunjukkan bahwa planet-planet mengelilingi Matahari dalam lintasan
elips, dengan Matahari berada di salah satu titik fokus dari orbit elips itu.
Dalam artikel ini, kita akan membahas geometri dari orbit elips dan bagaimana
menerapkan tinjauan geometri ini untuk mengukur parameter-parameter yang
berguna dalam astronomi. Perhatikan ilustrasi orbit elips di bawah ini.
Jarak
Objek dalam Orbit Elips
Dalam
orbit elips, jarak objek (dalam hal ini adalah planet) ke objek pusat (dalam
hal ini adalah Matahari) selalu berubah-ubah di tiap posisi. Saat di titik P1
dan titik P4, planet masing-masing berada pada jarak periheliumnya (rp,
P1-f1) dan apheliumnya (rap, P4-f1).
Sedangkan saat planet berada di titik P3 dan P5, jarak
planet ke Matahari sama dengan setengah sumbu panjang orbitnya (a). Secara
umum, jarak planet ke Matahari pada sudut fase yang berubah-ubah dapat ditulis
dalam persamaan sebagai berikut:
Dengan θ adalah sudut fase yang dihitung dari titik
perihelium ke arah yang berlawanan dengan gerak jarum jam dan e adalah
eksentrisitas orbit elips.
Dari
persamaan di atas, kita dapat menurunkan persamaan untuk jarak perihelium (rp)
dan jarak aphelium (rap), yaitu:
- Saat
objek di titik perihelium, sudut fase bernilai θ = 0°. Maka, jarak perihelium adalah:
-
Saat objek di titik aphelium, sudut fase bernilai θ = 180°. Maka
jarak aphelium adalah:
Komponen
Utama Pembentuk Orbit Elips
Kita
perlu mengetahui tiga parameter utama pembentuk orbit elips, yaitu:
1. Setengah
sumbu panjang orbit (a)
Parameter
ini dapat dihitung dari titik perihelium atau titik aphelium ke titik pusat
orbit elips (O). Selain itu, jarak dari titik P3 atau P5
ke salah satu titik fokus orbit (f1 atau f2) juga setara
dengan a. Coba perhatikan gambar orbit elips di atas, nilai a dapat dihitung
dengan persamaan:
2. Panjang
atau jarak fokus orbit (c)
Panjang
fokus dihitung dari salah satu titik fokus orbit (f1 atau f2)
ke titik pusat orbit elips (O). Dari gambar orbit elips di atas, nilai c dapat
dihitung dengan cara:
3. Setengah
sumbu pendek orbit (b)
Setengah
sumbu pendek orbit terletak tegak lurus terhadap setengah sumbu panjang orbit
(a) dan melewati titik pusat (O). Dapat dihitung dari titik P3 atau
titik P5 ke titik pusat orbit elips (O). Dari segitiga siku-siku O-f1-P3
pada gambar orbit elips di atas, kita dapat menurunkan hubungan a-b-c dalam
dalil phytagoras, yaitu:
Eksentrisitas
dan Elipstisitas
Seberapa
elips orbit sebuah objek langit dapat dilihat dari nilai eksentrisitas dan
elipstisitasnya. Eksentrisitas (e) dan elipstisitas (E) masing-masing dapat
dihitung dengan cara:
Biasanya,
eksentrisitas lebih sering digunakan untuk melihat elipstisitas orbit elips.
Hal ini salah satunya dikarenakan parameter c dan a lebih mudah untuk
ditentukan daripada parameter b.
Nilai
eksentrisitas ini juga dapat digunakan untuk melihat jenis orbit, perhatikan
gambar di atas dan ringkasan di bawah ini:
- e = 0,
orbit lingkaran
- 0 <
e < 1, orbit elips
- e = 1,
orbit parabola
- e >
1, orbit hiperbola
Selain
itu, antara eksentrisitas dan elipstisitas terdapat hubungan matematis yang
dapat diturunkan dari dalil Phytagoras a-b-c, yaitu:
Kita bagi
ruas kiri dan ruas kanan dengan a, maka:
Karena:
Maka
didapatkan:
Persamaan
Bidang untuk Orbit Elips
Secara matematis, bentuk elips
dapat dituliskan dalam sebuah persamaan bidang, yaitu:
Persamaan
elips di atas berpusat di titik (xc, yc). Jika persamaan
elips berpusat di titik (0, 0), maka:
Parameter
a dan b masing-masing adalah setengah sumbu panjang dan setengah sumbu pendek
dari persamaan elips. Persamaan bidang ini dapat digunakan untuk menentukan
posisi objek langit pada orbit elips di dalam koordinat kartesian. Jarak objek
ke objek pusat untuk persamaan bidang elips dalam koordinat kartesian dapat
ditulis sebagai:
Komentar
Posting Komentar