Semua objek di Tata Surya kita
mengorbit pada satu benda langit yang sama, yaitu Matahari. Bola gas raksasa
ini bukanlah sebuah planet, komet, ataupun asteroid, tapi merupakan sebuah
bintang tahap Deret Utama (Main Sequence) dengan diameter mencapai 1,4 juta km.
Ukuran ini setara dengan 109 kali ukuran Bumi atau 10 kali ukuran Jupiter. Selain
itu, Matahari adalah objek terpanas di Tata Surya kita, suhu di permukaannya
(Fotosfer) dapat mencapai 6000 K. Suhu di bagian inti Matahari tentu jauh lebih
panas daripada di permukaannya. Namun uniknya, suhu di lapisan atmosfer terluar
Matahari (Corona) juga jauh lebih panas dibandingkan di permukaannya.
Ukuran tiap lapisan tidak berdasarkan perbandingan yang sebenarnya. © Rendy Darma
Secara umum, struktur interior Matahari
dapat dipisahkan menjadi tiga bagian (dari dalam hingga ke bagian terluar),
yaitu:
a. Inti
Inti Matahari memiliki radius
sekitar 0,3 radius Matahari atau berada pada kedalaman sekitar 490.000 km di
bawah lapisan Fotosfer Matahari. Pada daerah ini, tekanan gravitasi begitu
besar dan temperatur mencapai 15 juta K. Dengan kondisi ekstrim seperti itu,
reaksi fusi termonuklir pun tercipta. Reaksi ini akan mengubah empat buah atom
Hidrogen menjadi sebuah atom Helium melalui siklus Proton-Proton (PP Chain
Cycle) dan siklus CNO (CNO Cycle). Energi yang dihasilkan dari proses ini
kemudian diteruskan ke lapisan di atasnya, yaitu Zona Radiatif.
b. Zona Radiatif
Zona
Radiatif berada pada kedalaman 280.000 km hingga 490.000 km di bawah lapisan
Fotosfer Matahari. Materi yang berada pada zona ini berada dalam bentuk ion-ion
akibat dari temperatur yang mencapai 6 juta K. Ini adalah kondisi yang tepat
untuk mengalirkan energi dari Inti Matahari ke Zona Konvektif secara radiatif.
Oleh sebab itu zona ini disebut sebagai Zona Radiatif.
c. Zona Konvektif
Tepat di bawah lapisan Fotosfer
Matahari hingga mencapai kedalaman 490.000 km, temperatur rata-rata mencapai 1
juta K. Pada lapisan ini, aliran energi tidak diteruskan secara radiatif lagi,
melainkan secara konveksi. Oleh sebab itu zona ini disebut sebagai Zona
Konvektif.
Pada zona ini, kondisi materi
mengalami proses rekombinasi dan ionisasi secara silih berganti, menyesuaikan
dengan temperatur lingkungannya. Saat energi dari Zona Radiatif mencapai bagian
bawah Zona Konvektif, temperatur pada daerah itu masih cukup tinggi sehingga
materi berada dalam kondisi terionisasi. Secara perlahan energi dan materi
terus mengalir ke bagian atas Zona Konvektif untuk mencapai lapisan Fotosfer. Pada
saat itu, temperatur akan menurun seiring dengan energi yang mengalir ke
lapisan Fotosfer, sehingga menyebabkan materi kembali mengalami rekombinasi dan
turun kembali ke bagian bawah Zona Konvektif. Saat materi mencapai bagian bawah
Zona Konvektif, proses ionisasi dan rekombinasi akan dimulai lagi untuk
mengalirkan energi dari Zona Radiatif ke lapisan Fotosfer. Proses ini nantinya
akan menghasilkan gelembung-gelembung materi di lapisan Fotosfer, sama seperti
proses yang menyebabkan air mendidih saat dipanaskan.
Ilustrasi lapisan atmosfer Matahari (dari bagian terdalam hingga terluar), yaitu Fotosfer, Kromosfer, dan Corona.
Ukuran tiap lapisan tidak berdasarkan perbandingan yang sebenarnya. © Rendy Darma
Atmosfer Matahari secara umum dibedakan
menjadi empat lapisan (dari lapisan terbawah hingga teratas), yaitu:
a. Fotosfer
Di
atas Zona Konvektif terdapat lapisan dengan ketebalan sekitar 100-500 km dan
temperatur rata-rata sekitar 6000 K yang disebut sebagai Fotosfer. Energi yang
berasal dari Zona Konvektif akan tiba pada lapisan ini dan kemudian diteruskan ke
lapisan-lapisan atmosfer di atasnya hingga mencapai ruang antarplanet. Saat
kita mengamati Matahari dengan menggunakan teleskop yang disertai filter khusus,
maka piringan Matahari yang tampak sebenarnya berasal dari lapisan Fotosfer
ini. Lapisan ini juga sering disebut sebagai permukaan Matahari.
b. Kromosfer
Sebuah
lapisan atmosfer dengan ketebalan sekitar 1500-2000 km yang terletak di atas
Fotosfer disebut dengan Kromosfer. Lapisan ini lebih tebal dibandingkan
Fotosfer dan temperaturnya lebih tinggi, yaitu dapat mencapai 20.000-30.000 K.
Lapisan ini sangat sulit diamati jika tanpa bantuan filter pada panjang
gelombang tertentu atau melalui pengamatan gerhana Matahari.
c. Zona Transisi
Di
atas lapisan Kromosfer terdapat sebuah lapisan tipis dengan tebal hanya sekitar
100 km, disebut dengan Zona Transisi. Pada lapisan ini, temperatur tiba-tiba
meningkat drastis dari sekitar 30.000 K hingga mencapai 1 juta K. Di atas
lapisan ini, terdapat lapisan Corona yang temperaturnya jauh lebih tinggi lagi.
d. Corona
Ini adalah lapisan atmosfer
terluar dari Matahari kita. Lapisan ini membungkus Matahari dengan ketebalan
lebih dari 1 juta km. Selain itu, lapisan ini juga merupakan lapisan atmosfer
terpanas di Matahari, dengan temperatur dapat mencapai lebih dari 1 juta K. Melalui
lapisan inilah ion-ion dilepaskan ke ruang antarplanet dalam bentuk angin
Matahari (Solar Wind). Sama seperti Kromosfer, lapisan Corona hanya dapat
diamati dengan bantuan teleskop yang telah disertai filter khusus atau saat
melakukan pengamatan gerhana Matahari.
Penyebab Temperatur Lapisan Atmosfer
Matahari yang Meningkat
Kita telah melihat adanya peningkatan
temperatur pada lapisan atmosfer Matahari, dari lapisan Fotosfer hingga Corona.
Peristiwa ini sekilas tampak tidak lazim, karena seharusnya temperatur suatu
daerah akan semakin menurun saat posisinya semakin jauh dari sumber panas.
Sebenarnya kondisi yang terjadi pada lapisan-lapisan atmosfer Matahari ini
dipicu oleh ledakan-ledakan yang disebut sebagai Nanoflare. Nanoflare muncul
akibat adanya gangguan medan magnet Matahari pada aliran energi di Zona
Konvektif. Temperatur Nanoflare diperkirakan berkisar 10-20 juta K. Oleh sebab
itu aktifitas ini sangat mampu untuk memanaskan lapisan-lapisan atmosfer
Matahari seperti yang terjadi pada saat ini.
Komentar
Posting Komentar